Diposting oleh
fridotyas-blog
Senin, 29 November 2010
Klub Elemen Penting Cetak Pemain Pelatnas PBSI
Fetra Hariandja - Okezone
Foto: Istimewa
PERAN serta
klub buat perkembangan bulutangkis di Indonesia tak bisa dianggap
remeh. Bisa dibilang hampir seluruh pemain yang bergabung dengan
pelatnas PBSI selama ini berasal dari klub-klub bulutangkis yang ada di
Indonesia.
Biasanya, pemain yang terpilih masuk ke Pelatnas
Pratama adalah pemain yang memiliki poin dan peringkat bagus yang
dihitung dari hasil rangkaian seri Turnamen Nasional seperti Kejurnas,
Sirnas, dan tentunya swasta nasional lainnya. Pada ajang itulah
pemain-pemain muda dari klub beradu kemampuan demi mewujudkan mimpi
untuk masuk ke Pelatnas.
Untuk Pelatnas Utama, biasanya tempat
yang lowong karena sistem degradasi akan diisi pemain dari Pelatnas
Pratama yang dinilai sudah memiliki kemampuan untuk naik kelas ke
Pelatnas Utama. Ada kalanya untuk masuk ke Pelatnas, pemain tak
melewati jalur Kejurnas atau Pelatnas Pratama. Biasanya pemain yang
diambil melalui jalan pintas ini memiliki karir dan sudah cukup
berprestasi.
Meski ada dua jalur yang berbeda, mereka semua
berasal dari klub. Hampir tak pernah terjadi pemain yang benar-benar
mandiri tanpa klub bisa menembus Pelatnas, mengingat ketatnya
persaingan yang ada saat ini. Hal ini membuktikan betapa pentingnya
peran klub dalam menyuplai pemain untuk mengisi tempat di pelatnas.
Bangsa
Indnesia memiliki sederet klub bulutangkis. Dari semua klub yang ada,
PB Djarum bisa dibilang paling konsisten dalam melakukan pembinaan
pemain. Selain memiliki fasilitas modern untuk pembinaan, PB Djarum
juga rajin mengirim anak didiknya mengikuti turnamen, baik di dalam
maupun luar negeri.
Umumnya, pemain yang bergabung di klub lain
harus datang dan mendaftar ke bila ingin menjadi terdaftar sebagai
atlet binaan. Namun PB Djarum juga memiliki cara lain berupa audisi dan
pemain yang lolos audisi diberi beasiswa untuk berlatih dan tinggal di
asrama dengan standar terjamin. Para atlet PB Djarum juga memiliki
kesempatan mengikuti turnamen dalam negeri maupun luar negeri.
“Proses
pengiriman pemain kami wajib memperhatikan level dan jenis turnamen.
Bila pemilihan tersebut tepat, pemain akan keluar ‘nyali bertandingnya.
Bila mental bertanding sudah tumbuh, tahap berikutnya adalah mengirim
pemain ke turnamen yang levelnya lebih tinggi. Harapannya tentu
mengembangkan kemampuan pemain,” jelas Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin
dalam rilis yang diterima okezone, Kamis (4/11/2010).
Menurut
Yoppy, ada beberapa jenis kejuaraan yang menjadi incaran. Pertama,
kejuaraan untuk mencari poin penting agar ranking pemain mencukupi
untuk bertarung pada kejuaraan tertentu. Kedua, kejuaraan yang dipakai
untuk menguji kemampuan bertanding pemain. Ketiga, kejuaraan elit dan
pilihan yang bergengsi.
Saat ini, beberapa pemain PB Djarum
menghuni Pelatnas PBSI. Salah satu diantaranya adalah Dionysius Hayom
Rumbaka. Sejak awal 2010, pemain tunggal putra ini masuk ke Pelatnas
utama Utama tanpa melewati Pelatnas Pratama. Hayom dinilai memiliki
bakat bagus dan menunjukkan prestasi sebelum bergabung dengan Pelatnas.
Prestasi
terakhir Hayom adalah menembus final turnamen Indonesia Gold Grand Prix
di Samarinda, Oktober 2010, sebelum akhirnya takluk di tangan Taufik
Hidayat.
Selain Hayom, pemain PB Djarum lain yang masih
tergabung dalam Pelatnas adalah peraih perunggu Olimpiade 2008, Maria
Kristin. Juga ada M Ahsan, Fran Kurniawan, Tontowi Ahmad, Meiliana
Jauhari dan Shendy Puspa Irawati.
“Di klub saya mendapat
pengalaman berharga, diantaranya pengalaman bertanding, baik di dalam
maupun luar negeri. Dan pengalaman tersebut menjadi salah satu hal yang
berguna ketika ditarik masuk ke Pelatnas,” ungkap Fran, yang kini
bermain di nomor ganda campuran bersama Pia Zebadiah.
Sementara
jebolan PB Djarum yang pernah bergabung dengan Pelatnas dan memiliki
prestasi dunia seperti Liem Swie King (tiga kali juara All England),
Alan Budikusuma (peraih emas Olimpiade 1992), lalu seperti Eddy
Hartono/Rudy Gunawan, Ardy B.W, Sigit Budiarto, Hariyanto Arbi, Ivana
Lie, Minarti Timur dan masih banyak lagi lainnya.
“Sebetulnya
komitmen kami dari dulu tak pernah berubah, yaitu mencari dan membina
pemain-pemain berbakat. Kalaupun dinilai bagus dan diminta untuk
bergabung dengan pelatnas, kami akan melepasnya. Pembinaan yang kami
lakukan ini tujuannya demi membawa kejayaan bulutangkis Indonesia,”
kata Yoppy lagi.
“Sudah sejak lama klub memang punya kontribusi
yang cukup besar buat PBSI. Ada hubungan timbal balik antara dua pihak.
Ke depan, saya berharap hubungan ini tetap bisa berjalan secara
positif,” kata Ivana Lie, eks pemain Djarum dan tim nasional yang
sekarang menjadi staf ahli Menpora.
Selain PB Djarum, klub-klub
lain yang juga seringkali menyumbangkan pemainnya untuk pelatnas PBSI
adalah Tangkas Alfamart Jakarta, klub Ricky Subagdja/Rexy Mainaky
(juara Olimpiade 1996), Nova Widianto/Lilyana Natsir (juara dunia 2005
dan 2007).
Kemudian Jaya Raya Jakarta klub Markis Kido/Hendra
Setiawan (juara Olimpiade 2008 dan juara dunia 2007), Candra
Wijaya/Tony Gunawan (juara Olimpiade 2000), SGS Bandung klub Taufik
Hidayat (juara Olimpiade 2004 dan juara dunia 2005), atau Suryanaga
klub Sony Dwi Kuncoro (peraih perak Olimpiade 2004).
Kasubid
Pelatnas PBSI, Christian Hadinata, mengingatkan bergabung dengan
pelatnas PBSI bukanlah target akhir dari pemain. Justru masuknya
seorang pemain ke pelatnas adalah awal dari perjuangan untuk meraih
prestasi.
“Salah kalau pemain sudah puas ketika dirinya terpilih
masuk ke pelatnas. Disini bukan tujuan akhir dari pemain. Justru di
pelatnas inilah pemain harus berlatih lebih keras untuk mendapatkan
prestasi tertinggi,” tegas Christian.(fmh)