.
Diberdayakan oleh Blogger.

Cinta Sejati Pasangan Emas Olimpiade

Diposting oleh fridotyas-blog Senin, 29 November 2010

Cinta Sejati Pasangan Emas Olimpiade

Jum'at, 22 Oktober 2010 - 18:03 wib
Fetra Hariandja - Okezone
Foto: Alan Budikusuma (42) dan Susy Susanti (39) (Istimewa)
KECINTAAN Alan Budikusuma (42) dan Susy Susanti (39) pada bulutangkis tak pernah berhenti. Alan yang menghabiskan sebagian besar karirnya bersama PB Djarum sejak 1986 hingga pensiun pada 1997, tetap memperhatikan perkembangan dunia bulutangkis. ”Idealnya pembinaan ini melibatkan pemerintah. Terutama untuk soal dana. Sulit jika mengharap swasta terus menerus. Djarum merupakan salah satu klub yang konsisten dalam pembinaan. Kontribusinya luar biasa,” ujar Alan seperti rilis yang diterima okezone, Jumat (22/10/2010). Sedangkan Susy yang sejak SMP sudah memutuskan serius di bulutangkis juga mempunyai harapan akan munculnya bibit-bibit potensial jika para atlit dibina secara benar dan serius. Berkaitan dengan hari kasih sayang buat mereka kasih sayang tak harus diperlihatkan di hari Valentine yang jatuh pada 14 Februari. Mereka yang sudah menikah sejak 1997 ini menilai justru pada keseharian, ungkapan atau bentuk kasih sayang lebih memiliki makna. “Kami memang jarang merayakan secara spesial Hari Kasih Sayang atau Valentine. Soalnya menurut kami, kasih sayang itu harus selalu ditunjukkan dan diberikan setiap hari, sepanjang tahun,” lanjut Alan. Mungkin banyak orang tak mengira bahwa perjalanan cinta yang berujung pada pernikahan Alan-Susy ini berjalan mulus sejak awal. Menurut Alan, mereka banyak menemui kesulitan saat awal menjalin hubungan di pertengahan tahun 80-an. “Ketika itu kami baru masuk ke pelatnas. Kondisi pelatnas tidak sebebas seperti sekarang. Pelatih seringkali mendoktrin kami kalau pacaran akan membuat presasi terhambat. Padahal kan tidak selalu seperti itu. Tak cuma pelatih, orangtua kami pun akhirnya memiliki pandangan serupa,” kata Alan. ”Makanya sejak dulu kami tidak punya tradisi merayakan hari Valentine secara khusus. Bagaimana mau merayakan? Kehidupan di asrama tidak memungkinkan kami untuk melakukan hal itu. Lagipula, kebetulan kami sama-sama bukan orang yang romantis,” tambah Susy. Kisah cinta Alan-Susy dimulai ketika mereka masuk ke pelatnas pada tahun 1985. Ketika itu, lantaran banyaknya hambatan, mereka berpacaran secara diam-diam alias backstreet. ”Ketika itu, kalau kami kalah langsung ada anggapan kami kalah karena kebanyakan pacaran. Padahal hal itu kan tidak sesuai konteks. Kami kalah karena misalnya, kurang persiapan,” tutur Alan. Meski pada saat awal pacaran mereka berjalan secara backstreet, Alan dan Susy tetap bisa menunjukkan bentuk perhatian dan kasih sayang. ”Kami selalu saling support satu sama lain. Contoh kecilnya, kalau Alan mendapat giliran latihan malam, saya menyiapkan air panas untuk dia mandi,” kenang Susy. Ketika itu, para atlet pelatnas masih berlatih di kawasan Senayan. Jumlah lapangan yang belum banyak membuat mereka harus berlatih secara bergiliran. Tak heran jika selalu ada yang mendapat giliran berlatih hingga malam hari. Perhatian yang kurang lebih mirip dilakukan Alan terhadap Susy.  ”Kalau giliran Susy yang latihan malam, saat pulang biasanya saya jemput,” kata Alan. Untuk membuktikan bahwa hubungan yang mereka jalin tidak menimbulkan efek negatif, Alan dan Susy bertekad untuk memberi bukti berupa prestasi. ”Ya harus dengan prestasi. Tanpa menunjukkan prestasi, tentu sulit bagi kami untuk mendapatkan restu. Baik dari pelatih ataupun dari orangtua masing-masing,” jelas Alan. Prestasi puncak Alan dan Susy adalah ketika mereka menyabet medali emas nomor tunggal putra dan putri Olimpiade Barcelona 1992. Prestasi itu begitu fenomenal dan tak akan terlupakan, karena medali tersebut adalah emas pertama yang diraih Indonesia di kancah Olimpiade. Hingga saat ini, belum pernah ada yang menyamai prestasi mereka menjadi pasangan yang merebut medali emas dan dijuluki pasangan emas Olimpiade. Kini setelah menikah, pasangan ini tetap menunjukkan perasaan dan kasih sayang dengan cara yang lain. Kasih sayang mereka kini juga dilimpahkan pada tiga buah hati, Laurencia Averina (11), Albertus Edward (9), dan Sebastianus Fredrik (6). ”Kita bersama membesarkan anak-anak. Itu juga bentuk komitmen dan kasih sayang kami,” kata Alan. ”Terkadang kami berdua sempatkan untuk pergi makan berdua. Bagaimanapun, cara seperti itu amat terasa untuk menjaga kasih sayang. Tanpa komitmen dan kasih sayang tentu kami tak akan bisa memelihara hubungan ini,” tambah Susy. Meskipun telah pensiun Susy masih bisa menorehkan prestasi  dengan menjadi manajer tim mengantarkan tim Piala Uber Indonesia menempati posisi runner up di perebutan Piala Uber 2008 di Jakarta. Data Diri : Alan Budikusuma Lahir: Surabaya, 29 Maret 1968 Prestasi: Medali Emas Olimpiade Barcelona 1992 Juara Malaysia Open 1995 Juara Indonesia Open 1993 Juara Jerman Open 1992 Juara China Open 1991 Juara Thailand Open 1989 dan 1991 Juara Belanda Open 1989 Susy Susanti Lahir: Tasikmalaya, 11 Februari 1971 Prestasi: Medali Emas Olimpiade Barcelona 1992 Medali Perunggu Olimpiade Atlanta 1996 Juara Kejuaraan Dunia 1993 Juara All England 1990, 1991, 1993, dan 1994 Juara World Badminton Grand Prix 1990, 1991, 1992, 1993, 1994 dan 1996 Juara Indonesia Open 1989, 1991, 1994, 1995, 1996, dan 1997 Juara Malaysia Open 1993, 1994, 1995, dan 1997 Juara Jepang Open 1992, 1994, dan 1995 Juara Korea Open 1995 Juara Belanda Open 1993 Juara Denmark Open 1991 dan 1992 Juara Thailand Open 1991, 1992, 1993, dan 1994 Juara Swedia  Open 1991 Juara China Taipei Open 1991 dan 1994 Juara Piala Uber 1994 dan 1996 (Tim Piala Uber Indonesia)(fmh)