Cinta Sejati Pasangan Emas Olimpiade
Jum'at, 22 Oktober 2010 - 18:03 wib
Fetra Hariandja - Okezone
Foto: Alan Budikusuma (42) dan Susy Susanti (39) (Istimewa)
KECINTAAN
Alan Budikusuma (42) dan Susy Susanti (39) pada bulutangkis tak pernah
berhenti. Alan yang menghabiskan sebagian besar karirnya bersama PB
Djarum sejak 1986 hingga pensiun pada 1997, tetap memperhatikan
perkembangan dunia bulutangkis.
”Idealnya pembinaan ini
melibatkan pemerintah. Terutama untuk soal dana. Sulit jika mengharap
swasta terus menerus. Djarum merupakan salah satu klub yang konsisten
dalam pembinaan. Kontribusinya luar biasa,” ujar Alan seperti rilis
yang diterima okezone, Jumat (22/10/2010).
Sedangkan Susy yang
sejak SMP sudah memutuskan serius di bulutangkis juga mempunyai harapan
akan munculnya bibit-bibit potensial jika para atlit dibina secara
benar dan serius.
Berkaitan dengan hari kasih sayang buat mereka
kasih sayang tak harus diperlihatkan di hari Valentine yang jatuh pada
14 Februari. Mereka yang sudah menikah sejak 1997 ini menilai justru
pada keseharian, ungkapan atau bentuk kasih sayang lebih memiliki makna.
“Kami
memang jarang merayakan secara spesial Hari Kasih Sayang atau
Valentine. Soalnya menurut kami, kasih sayang itu harus selalu
ditunjukkan dan diberikan setiap hari, sepanjang tahun,” lanjut Alan.
Mungkin
banyak orang tak mengira bahwa perjalanan cinta yang berujung pada
pernikahan Alan-Susy ini berjalan mulus sejak awal. Menurut Alan,
mereka banyak menemui kesulitan saat awal menjalin hubungan di
pertengahan tahun 80-an.
“Ketika itu kami baru masuk ke
pelatnas. Kondisi pelatnas tidak sebebas seperti sekarang. Pelatih
seringkali mendoktrin kami kalau pacaran akan membuat presasi
terhambat. Padahal kan tidak selalu seperti itu. Tak cuma pelatih,
orangtua kami pun akhirnya memiliki pandangan serupa,” kata Alan.
”Makanya
sejak dulu kami tidak punya tradisi merayakan hari Valentine secara
khusus. Bagaimana mau merayakan? Kehidupan di asrama tidak memungkinkan
kami untuk melakukan hal itu. Lagipula, kebetulan kami sama-sama bukan
orang yang romantis,” tambah Susy.
Kisah cinta Alan-Susy dimulai
ketika mereka masuk ke pelatnas pada tahun 1985. Ketika itu, lantaran
banyaknya hambatan, mereka berpacaran secara diam-diam alias
backstreet. ”Ketika itu, kalau kami kalah langsung ada anggapan kami
kalah karena kebanyakan pacaran. Padahal hal itu kan tidak sesuai
konteks. Kami kalah karena misalnya, kurang persiapan,” tutur Alan.
Meski
pada saat awal pacaran mereka berjalan secara backstreet, Alan dan Susy
tetap bisa menunjukkan bentuk perhatian dan kasih sayang. ”Kami selalu
saling support satu sama lain. Contoh kecilnya, kalau Alan mendapat
giliran latihan malam, saya menyiapkan air panas untuk dia mandi,”
kenang Susy.
Ketika itu, para atlet pelatnas masih berlatih di
kawasan Senayan. Jumlah lapangan yang belum banyak membuat mereka harus
berlatih secara bergiliran. Tak heran jika selalu ada yang mendapat
giliran berlatih hingga malam hari. Perhatian yang kurang lebih mirip
dilakukan Alan terhadap Susy. ”Kalau giliran Susy yang latihan malam,
saat pulang biasanya saya jemput,” kata Alan.
Untuk membuktikan
bahwa hubungan yang mereka jalin tidak menimbulkan efek negatif, Alan
dan Susy bertekad untuk memberi bukti berupa prestasi. ”Ya harus dengan
prestasi. Tanpa menunjukkan prestasi, tentu sulit bagi kami untuk
mendapatkan restu. Baik dari pelatih ataupun dari orangtua
masing-masing,” jelas Alan.
Prestasi puncak Alan dan Susy adalah
ketika mereka menyabet medali emas nomor tunggal putra dan putri
Olimpiade Barcelona 1992. Prestasi itu begitu fenomenal dan tak akan
terlupakan, karena medali tersebut adalah emas pertama yang diraih
Indonesia di kancah Olimpiade. Hingga saat ini, belum pernah ada yang
menyamai prestasi mereka menjadi pasangan yang merebut medali emas dan
dijuluki pasangan emas Olimpiade.
Kini setelah menikah, pasangan
ini tetap menunjukkan perasaan dan kasih sayang dengan cara yang lain.
Kasih sayang mereka kini juga dilimpahkan pada tiga buah hati,
Laurencia Averina (11), Albertus Edward (9), dan Sebastianus Fredrik
(6).
”Kita bersama membesarkan anak-anak. Itu juga bentuk
komitmen dan kasih sayang kami,” kata Alan. ”Terkadang kami berdua
sempatkan untuk pergi makan berdua. Bagaimanapun, cara seperti itu amat
terasa untuk menjaga kasih sayang. Tanpa komitmen dan kasih sayang
tentu kami tak akan bisa memelihara hubungan ini,” tambah Susy.
Meskipun
telah pensiun Susy masih bisa menorehkan prestasi dengan menjadi
manajer tim mengantarkan tim Piala Uber Indonesia menempati posisi
runner up di perebutan Piala Uber 2008 di Jakarta.
Data Diri :
Alan Budikusuma
Lahir: Surabaya, 29 Maret 1968
Prestasi:
Medali Emas Olimpiade Barcelona 1992
Juara Malaysia Open 1995
Juara Indonesia Open 1993
Juara Jerman Open 1992
Juara China Open 1991
Juara Thailand Open 1989 dan 1991
Juara Belanda Open 1989
Susy Susanti
Lahir: Tasikmalaya, 11 Februari 1971
Prestasi:
Medali Emas Olimpiade Barcelona 1992
Medali Perunggu Olimpiade Atlanta 1996
Juara Kejuaraan Dunia 1993
Juara All England 1990, 1991, 1993, dan 1994
Juara World Badminton Grand Prix 1990, 1991, 1992, 1993, 1994 dan 1996
Juara Indonesia Open 1989, 1991, 1994, 1995, 1996, dan 1997
Juara Malaysia Open 1993, 1994, 1995, dan 1997
Juara Jepang Open 1992, 1994, dan 1995
Juara Korea Open 1995
Juara Belanda Open 1993
Juara Denmark Open 1991 dan 1992
Juara Thailand Open 1991, 1992, 1993, dan 1994
Juara Swedia Open 1991
Juara China Taipei Open 1991 dan 1994
Juara Piala Uber 1994 dan 1996 (Tim Piala Uber Indonesia)(fmh)