Sehat dengan Bulutangkis
Fetra Hariandja - Okezone
Foto: Istimewa
BULUTANGKIS
masih menjadi tumpuan prestise di ajang internasional. Buktinya
olahraga yang satu ini tak pernah lepas menjadi penjaga tradisi medali
emas Olimpiade bagi Indonesia. Tercatat sejak 1992 lalu bulutangkis
berperan mengibarkan Merah Putih pada perhelatan multi event paling
akbar sejagad itu.
Tapi rupanya bulutangkis tak sekedar menjadi
olahraga prestise dan prestasi. Bulutangkis sudah menjadi salah satu
pilihan masyarakat untuk menjaga kesehatan. Dan bukan rahasia lagi
olahraga ini tetap menjadi olahraga kedua terpopuler setelah sepakbola.
Memang
bulutangkis tak hanya olahraga yang populer karena prestasinya cukup
mendunia. Tapi juga karena olahraga ini cukup murah, hanya bermodal
raket dan shuttlecock. Malah tak asing anak-anak hanya menggunakan
triplek sebagai pengganti raket.
“Lapangannya juga tak harus di
dalam ruangan jika bukan bertujuan prestasi. Bisa di lapangan terbuka,
bahkan di jalanan yang sepi atau garasi,” ujar Michael Triangto, dokter
PB PBSI seperti rilis yang diterima okezone, Jumat (22/10/2010).
Malah
beberapa pertandingan antarkampung (tarkam) masih menggelar
pertandingan di luar gedung. Misalnya pada acara perayaan HUT RI atau
acara-acara yang hanya mengejar kemeriahaan saja.
Selain itu
olahraga ini tak mengenal gender dan usia para pelaku. Bulutangkis bisa
dilakukan oleh pria dan wanita. Olahraga ini mengenal ganda campuran,
bisa dimainkan secara bersama-sama. “Sedikit berbeda dengan olahraga
terpopuler di negeri ini, sepakbola. Rame di kelompok putra tapi tidak
di sektor wanita,” ujar Michael.
Bulutangkis juga bisa
dimainkan oleh pelaku di segala usia, dari anak-anak sampai dewasa.
Untuk sekedar bermain-main dan cari keringat, bisa saja si dewasa
melawan anak-anak. Nah, dari segi kesehatan, gerakan-gerakan
bulutangkis, memiliki gerakan yang komplet. “Bulutangkis memiliki dua
aspek sekaligus, yakni sebagai olahraga aerob dan anaerob,” ujar
Michael.
Aspek anaerobic pada bulutangkis terbentuk saat pemain
melakukan lari-lari monoton mengejar bola. Atau mengayun-ayunkan raket
tanpa lonjakan power. Nah, aktivitas aerobic juga dimiliki
bulutangkis, misalnya saat melakukan smes. Malah ada nilai plus lain
yakni koordinasi gerak di mana ada lari, melompat, dan melempar dalam
waktu yang bersamaan.
Memang dengan adanya nilai plus tersebut,
risikonya pun kian tinggi. Namun, Michael mengatakan pelaku tak perlu
terlalu khawatir dengan cedera.
“Cedera bisa terjadi kapan saja
dan di mana saja. Bukan hanya karena bulutangkis saja. Makanya semua
kegiatan tidak perlu dilakukan secara berlebihan,” tutur Michael.
“Cedera bisa terjadi jika kita berlatih lebih dari angka 100 persen
kebutuhan. Untuk menunjang kesehatan, tidak perlu terlalu ngotot,”
ungkap Michael.
Kemungkinan
besar, menurut Michael, pilihan olahraga bulutangkis untuk menjaga
kesehatan, juga dipengaruhi oleh adanya figur yang bisa ditiru. Maklum
tak bisa dipungkiri jika faktor kedekatan itu tetap menjadi sebuah
magnet aktivitas. Indonesia memiliki banyak bintang besar, dari juara
Olimpiade, juara dunia, sampai mereka yang dijuluki maestro bulutangkis.
Michael
ingat benar di masa mudanya King smash milik Liem Swie King banyak
ditiru oleh anak-anak sekolah. Begitu pula dengan gaya split Susi
Susanti atau si bola karet Lius Pongoh. Gaya-gaya tersebut sangat
popular meski mereka tak tampil dalam sebuah kejuaraan.
“Jika
imbasnya bisa menunjang kesehatan, mereka mendapatkannya dengan fun,”
tukas Michael. “Untuk anak-anak mereka juga tak akan bosan jika
berlatih dengan senang,” imbuh dia.
Fung Permadi, Manager klub
PB Djarum, malah menyarankan masyarakat memilih bulu tangkis sebagai
aktivitas rutin. “Minimal seminggu sekali bisa dilakukan. Semua
anggota badan bisa bergerak dengan olahraga ini,” ujar Fung.
Meski
demikian pria yang pernah menjadi pelatih tunggal putra dan putri
Timnas Taiwan pada 2005-2006 itu berharap agar pelaku berhati-hati saat
melakukannya. “Yang penting mereka mengetahui kemampuan diri, jangan
sampai berlebihan. Karena jika tidak memahami kondisi diri sendiri
bisa- bisa malah cedera,” tutur pria berusia 42 tahun itu.
Berbeda
lagi dengan Hariyanto Arbi. Menurut pemain yang berjuluk smes 100 watt
itu, bulutangkis tak hanya saja bisa berguna untuk menjaga kesehatan
tapi sudah dapat dijadikan profesi.
“Contoh saja Kido dan
Hendra. Dengan bulutangkis pendapatan mereka berapa dalam satu
tahun?,” ujar Arbi yang juga pemilik produk alat- alat bulutangkis
merek Flypower. Sebagai gambaran Markis Kido/Hendra Setiawan adalah
peraih medali emas Olimpiade 2008, kini dikontrak flypower. Rumor yang
berkembang mereka di kontrak senilai Rp 1 miliar setahun untuk masing-
masing pemain.
“Untuk menjaga kesehatan bagus, dan bisa juga sekaligus membuatnya sebagai sebuah profesi,” tukas Arbi.(fmh)