.
Diberdayakan oleh Blogger.

Emas Asian Games, Mungkinkah Dipenuhi?

Diposting oleh fridotyas-blog Rabu, 24 November 2010


Asian Games 2010
Pesta olahraga Asian Games ke-26 dimulai 11 November 2010 di China. Artinya, persiapan atlet-atlet terbaik Indonesia yang tergabung dalam Program Indonesia Emas hanya tinggal dua bulan. Beberapa cabang diproyeksikan meraih emas. Salah satunya, bulu tangkis. Bagaimana peluang atlet bulu tangkis?

Perolehan prestasi yang dicapai pemain-pemain kita di Kejuaraan Dunia beberapa waktu lalu bisa menjadi acuan atau gambaran bagaimana peluang kita di Asian Games. Dalam Kejuaraan Dunia bulan lalu, Indonesia tidak berhasil meraih gelar.

Yonathan/RianPencapaian terbaik hanya menembus final melalui tunggal putra Taufik Hidayat, yang akhirnya dikalahkan Chen Jin (China). Di ganda putra, Hendra/Kido dan ganda campuran Nova/Lilyana hanya masuk semifinal. Pemain lain kandas di babak awal.

Menurut saya, Indonesia berpeluang terbaik di ketiga sektor (tunggal putra, ganda putra, dan ganda campuran) dan nama nama yang saya sebut di atas. Di sektor putri, baik tunggal maupun ganda putri seperti tergambar dalam berbagai kejuaraan, sulit rasanya mengharapkan mereka merebut medali perunggu sekalipun, baik di perseorangan maupun beregu. Apalagi di Asian Games nanti seluruh kekuatan terbaik dunia akan turun. Ada China, Korsel, Jepang, Taiwan, Thailand, India. Malaysia, dan Taiwan.

Di beregu putra, Indonesia masih memiliki peluang lebih baik merebut medali sekalipun berat untuk menyebut medali emas. Indonesia tetap mengandalkan Taufik, Simon, dan Sony.

Namun, sayang akhir-akhir ini Sony dan Simon sering dilanda cedera sehingga dengan keadaan demikian tentunya kekuatan kita akan berkurang. Harapan di sektor perseorangan untuk kedua pemain ini pun menjadi lebih tipis.

Dalam suatu kejuaraan besar seperti Asian Games, semua pemain elite dunia, seperti Lee Cong Wei, Chen Jin, dan Lin Dan, tampil dengan persiapan dan kondisi yang baik.

Di ganda putra, selain Hendra/Kido, Indonesia punya pasangan Yonathan/Rian Sukmawan. Sementara Ahsan, pemain spesial ganda yang cukup berbakat yang biasa berpasangan dengan Bona, kelihatannya akan dipasangkan dengan seniornya, Alvent. Bagaimana kekuatannya, belum bisa diketahui.

Tingkatkan persiapan

Berkaca pada pencapaian prestasi, pemain kita dalam setahun ini baru merebut gelar super series dan gold GP series, turnamen setingkat di bawah super series. Dengan pencapaian itu, peluang tim ”Merah Putih” tidak terlalu menjanjikan. Apalagi China bertindak sebagai tuan rumah.

Peluang yang kita miliki hanya bisa diraih jika persiapan setelah pulang dari Kejuaraan Dunia, beberapa waktu lalu, lebih baik. Dalam waktu dua bulan ini pemain, pelatih, dan seluruh tim, termasuk pengurus, harus bekerja maksimal.

Bagaimana kita bisa memaksimalkan peluang yang kita miliki? Cukupkah waktu yang tersedia untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang ada?

Keberhasilan Taufik mengalahkan Lee Cong Wei dan Park Shung-wan menumbuhkan harapan. Saya termasuk salah satu yang sangat percaya bahwa kejayaan Taufik masih ada. Taufik adalah pemain yang punya teknik yang luar biasa yang masih ditakuti oleh siapa pun juga, termasuk Lin Dan. Kekurangannya yang paling utama adalah faktor fisik. Saya cukup yakin, kalau strength, speed, dan staminanya bisa ditingkatkan 20 persen lagi, pukulannya terutama smesnya kembali akan menjadi senjata andalan.

Masalahnya, untuk meningkatkan fisik, bagi Taufik bukan perkara mudah. Intinya, untuk bisa melakukan itu, diperlukan komitmen dan kerja super keras dan dorongan motivasi yang kuat tentunya.

Taufik adalah pribadi yang unik. Dia adalah pemain yang mempunyai komitmen dan tanggung jawab tinggi. Tetapi, untuk dia bisa berlatih keras, perlu suasana yang kondusif. Artinya, Taufik memerlukan perhatian dan dukungan dari PBSI maupun pemerintah.

Khusus Asian Games, dengan adanya keterbatasan kondisi fisik Taufik, antara PBSI, pelatih, dan Taufik sendiri perlu duduk bersama membahas strategi terbaik apa yang perlu dilakukan. Perlukah Taufik bermain beregu atau hanya fokus bermain untuk perseorangan untuk bisa meraih prestasi terbaik?

Ganda campuran

Ganda campuran Indonesia punya peluang baik merebut emas. Hanya saja, saat ini ada masalah yang sedikit dilematis yang perlu pertimbangan matang pelatih. Nova/Lilyana saat ini adalah pasangan dengan rangking terbaik. Akan tetapi, akhir-akhir ini penampilannya semakin menurun dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya.

Tahun ini, sekalipun masih berada di peringkat teratas dunia, belum ada gelar yang diraih pasangan itu. Ini bisa dimaklumi karena usia Nova yang sudah 33 tahun dan berencana mundur setelah Asian Games.

Sementara ancang-ancang untuk pengganti Nova, yakni Tantowi Ahmad, sudah disiapkan dan sudah diuji coba. Hasil uji coba, dalam dua kali pertandingan cukup memuaskan. Mereka sukses masuk final di Taiwan dengan meraih runner up. Di Makau, meraih juara.

Ke depan, pelatih Richard Mainaky kemungkinan meneruskan pasangan ini. Untuk Asian Games, pelatih dihadapkan pada suatu keadaan harus memilih pasangan mana yang dikirim untuk tujuan jangka pendek atau panjang? Kedua pilihan masing-masing punya risiko.

Kalau memilih Lilyana/Tantowi, ada risiko besar dalam undian. Di babak awal, mereka bisa bertemu pemain unggulan karena posisi ranking mereka masih di bawah 10 besar.

Singkatnya, dalam perhitungan pelatih, Nova/Lilyana diproyeksikan bisa, minimal, merebut perunggu. Peluang ini bisa lebih baik asalkan kekuatan fisik Nova dan Lilyana meningkat.

Masalah fisik juga merupakan faktor kelemahan utama pasangan Hendra/Kido. Di samping mereka juga harus meningkatkan pertahanan yang belum solid dan kecerobohan atau unforce error yang masih tinggi. Kekurangan ini mutlak ditingkatkan kalau ingin kembali tampil sebagai ganda terbaik.

Para pemain nonpelatnas ini perlu menambah intensitas dan volume latihan mereka yang sejauh pemantauan saya selama ini masih belum maksimal.

Selayaknya PBSI ikut memantau, memfasilitasi, dan mendukung persiapan pemain. Komunikasi yang baik perlu diciptakan. Kalau saat ini mereka memilih berada di luar pelatnas, itu hanya soal mekanisme.

Mereka tetap menjadi bagian dari pasukan Indonesia yang membawa, membela, dan mengharumkan nama negara. Mereka punya pilihan membela negara dengan tidak membebani dana negara, sudah selayaknya kita semua mendukung dan memfasilitasi mereka.

Dengan terciptanya komunikasi dan jalinan hubungan yang baik, di pelatnas atau di luar pelatnas tetap akan bisa menjadi satu kesatuan yang diikat dengan satu tujuan, satu kepentingan, bagaimana caranya bisa mengibarkan Merah Putih disertai lagu ”Indonesia Raya”. (IVANA LIE, Mantan Anggota Pelatnas, Staf Khusus Bidang Olahraga di Kementerian Pemuda dan Olahraga) -sumber kompas.com